Makanan laut terbaik ialah makanan laut yang disajikan secara segar,
tanpa bahan pengawet serta penyedap. Walau ikan kalengan, terutama tuna,
terbilang praktis karena disajikan matang dengan rasa yang gurih, ada
dua pertimbangan yang perlu Anda pikirkan sebelum menjadikan makanan
olahan ini sebagai makanan rutin.
Sejak tahu lalu, badan pengawas lingkungan Greenpeace merilis panduan dalam pembelian tuna kaleng.
Badan
tersebut menyatakan, sebagian tuna kalengan memiliki risiko kesehatan,
baik bagi tubuh maupun lingkungan, bila Anda tak teliti dalam memilih
serta mengonsumsinya.
Penangkapan liar
Greenpeace
menemukan bahwa lebih dari 80 persen dari tuna kaleng yang dijual di
pasar berasal dari sumber yang tidak jelas dan tidak berkelanjutan.
Artinya, tuna hanya sekadar di tangkap dan tidak dijaga habitatnya.
Banyak
perusahaan tuna di AS yang menggunakan penangkapan tak ramah
lingkungan. Metode tanpa pandang bulu tersebut tidak hanya menangkap
tuna tetapi juga makhluk seperti kura-kura laut, lumba-lumba, burung
laut, hiu, dan hewan laut lainnya.
Selain itu, Greenpeace
menemukan praktik yang tidak etis terhadap kesejahteraan para nelayan
dengan upah kecil bahkan kerap tak dibayar.
Sumber tuna yang tak jelas perbesar risiko merkuri
Greenpeace menyatakan, sebagian besar tuna kaleng berasal dari sumber yang tak jelas, sehingga membawa risiko paparan merkuri.
Menurut
Washington Post, tuna kaleng berlabel "light" adalah yang paling aman
dalam tingkat merkuri dan bisa dimakan beberapa kali dalam seminggu,
sedangkan tuna jenis albacore hanya boleh dikonsumsi bulanan, karena
kandungan merkuri yang tinggi.
Carilah tuna kaleng berlabel "dolphin safe” atau “dolphin friendly”, itu menjadi pertanda bahwa tuna ditangkap oleh sumber yang peduli terhadap kehidupan hewan laut dan para pekerjanya.
No comments:
Post a Comment