Madidihang dewasa memiliki tubuh yang berukuran besar, dengan panjang dari ujung moncong hingga ujung percabangan sirip ekor (FL, fork length) mencapai 195 cm; namun umumnya hingga 150 cm. Bentuknya gilig panjang serupa torpedo (fusiform), agak memipih dari sisi ke sisi.[1]
Punggungnya berwarna biru gelap metalik, berangsur-angsur berubah menjadi kekuningan atau keperakan di bagian perut. Sirip-sirip punggung kedua dan anal, serta finlet-finlet yang mengikutinya, berwarna kuning cerah, yang menjadi asal namanya. Bagian perut kadang-kadang dihiasi oleh sekitar 20 garis putus-putus yang hampir vertikal arahnya.[1]
Madidihang dapat mencapai berat melebihi 300 pon (136 kg), walau demikian ini masih jauh di bawah tuna sirip biru Pasifik (Thunnus orientalis) yang bisa memiliki berat lebih dari 1000 pon (454 kg), dan juga sedikit di bawah tuna mata besar (Thunnus obesus) dan tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii). Ukuran madidihang yang tercatat dalam literatur adalah hingga sepanjang 239 cm dan seberat 200 kg.
Habitat
Madidihang merupakan ikan epipelagis yang menghuni lapisan atas perairan samudra di atas lapisan termoklin. Penelitian memperlihatkan bahwa meski madidihang kebanyakan mengarungi lapisan kolom air 100 m teratas, dan relatif jarang menembus lapisan termoklin, namun ikan ini mampu menyelam jauh ke kedalaman laut. Seekor madidihang yang diteliti di Samudra Hindia menghabiskan 85% waktunya di kedalaman kurang dari 75 m, namun tercatat tiga kali menyelam hingga kedalaman 578 m, 982 m dan yang paling ekstrem hingga 1.160 m.Tuna sirip kuning ini mempunyai kebiasaan berenang cepat dan bergerombol bersama ikan yang seukuran, kadang-kadang juga bercampur dengan tuna jenis lainnya. Musim berbiaknya berlangsung selama musim panas. Ikan-ikan ini memangsa aneka jenis ikan, krustasea, dan juga cephalopoda.[1] Di laut Halmahera dan Sulawesi, madidihang terutama memangsa ikan (malalugis dan teri), udang dan kepiting; dengan ikan malalugis (ikan layang) menempati porsi terbesar[2].
Penyebaran dan produksi
Madidihang ditemukan di seluruh perairan tropis dan ugahari dunia di antara garis lintang 40° LU dan 40° LS. Ikan ini merupakan komoditas nelayan yang penting; buku FAO Yearbook of Fishery Statistics melaporkan antara 1990 hingga 1995 tangkapan madidihang di perairan Pasifik barat-tengah berkisar antara 323.537 sampai 346.942 ton per tahun.[1]Indonesia adalah tempat bertemunya stok madidihang dari Samudra Hindia dan Samudra Pasifik; kemungkinan tempat pertemuan kedua kelompok itu adalah di sekitar Laut Flores dan Laut Banda.[3] Potensi tuna sirip kuning yang terbesar di Indonesia memang diperkirakan berada di Laut Flores dan Selat Makassar, dengan luas area penangkapan sekitar 605 ribu km². Alat tangkap yang banyak digunakan adalah pancing huhate (pole and line), pancing ulur (hand line), pancing rawai (long line) dan pukat cincin (purse seine).
No comments:
Post a Comment