Banyak orang mengeluh, betapa sukarnya
mengendalikan kolesterol darah. Mereka sudah diet ketat, tidak makan
daging sapi, kambing, ayam, jeroan maupun telur, dan hanya makan sayuran
serta buah saja. Tapi mengapa kolesterol tidak turun juga? Adakah yang
salah pada tubuh mereka ?
Kolesterol perlu senantiasa terkontrol
setiap saat. Kolesterol total harus kira-kira mendekati 200 miligram
persen (selanjutnya ditulis mg%, Red.). Biasanya kadar kolesterol darah
antara wanita dan pria sebenarnya tidak jauh berbeda, baik kolesterol
total maupun kolesterol LDL (low density lipoprotein = kolesterol jahat). Namun kadar kolesterol HDL (hight density lipoprotein = kolesterol baik) pada wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
HDL
normal pada wanita adalah 55 mg% dan HDL pada pria 45 mg%. Dengan diet
yang tepat dan latihan olahraga teratur, target ini sebetulnya tidak
terlalu sulit untuk dicapai.
Hanya saja, pada orang-orang
tertentu, dengan melakukan diet yang ketat dan latihan teratur
sekalipun, belumlah cukup. Kadar kolesterol dalam darahnya tetap tinggi,
sebelum mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter. Faktor genetik
sering menyebabkan penanggulangan kolesterol tidak begitu memuaskan.
Faktor
ini antara lain disebabkan sifat hiperkolesterolemia, yaitu orang
yang mempunyai rata-rata kadar kolesterol cukup tinggi, antara 200 – 350
mg%. Maka orang-orang yang menderita hiperkolesterolemia dalam
melakukan diet dan olahraga harus di bawah pengawasan dokter.
Hiperkolesterolemia memang memerlukan pengobatan yang lebih agresif.
Berapa
sebetulnya kadar kolesterol tertinggi yang diperbolehkan? Dan kalau
kadar kolesterol melebihi tingkat tertinggi itu, apa akibatnya?
Konsensus mengenai kolesterol yang pernah diajukan oleh Departemen
Kesehatan Amerika Serikat adalah, jika kadar kolesterol antara 200 –
240 mg%, mereka mempunyai risiko ancaman penyakit jantung koroner dua
kali lebih besar dibanding kalau kadar kolesterol mencapai 300 mg%.
Untuk
itulah kadar kolesterol darah perlu dikontrol setiap saat, baik pada
orang yang menderita hiperkolesterolemia maupun yang tidak. Sebab
pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan yang sangat berperan besar terhadap kolesterol darah adalah
diet, dan kolesterol darah sangat berpengaruh terhadap terbentuknya
aterosklerosis (timbunan zat lemak di dalam dan di bawah lapisan dalam
dinding pembuluh nadi).
Hasil penelitian epidemiologi
menunjukkan, diet yang salah dapat mempercepat terjadinya
aterosklerosis. Sedangkan diet yang benar, selain dapat menunda proses
pengapuran, bisa menipiskan pengapuran yang sudah terjadi. Jadi, makan
bukan hanya berarti apa yang disukai atau tidak disukai, tetapi
bagaimana kita memilih sesuatu yang berarti bagi tubuh.
Misalnya
orang Finlandia yang menyukai daging sapi dan babi guling untuk
menghangatkan tubuh saat musim salju. Mereka jarang makan
kacang-kacangan dan biji-bijian. Akibatnya, mereka lebih banyak
menderita pengapuran koroner.
Berbeda dengan orang Italia yang
lebih menyukai kedelai, senang jagung bakar dan kacang tanah; rata-rata
kadar kolesterol darah mereka lebih rendah dibandingkan orang Finlandia.
Konsumsi
ideal kolesterol seharinya, sebenarnya tidak ada batasan yang pasti.
Hanya saja ahli gizi dari RS Cipto Mangunkusumo menyarankan, sebaiknya
tidak mengkonsumsi kolesterol lebih dari 300 mg per hari.
Untuk
itu diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai kandungan berbagai jenis
bahan pangan yang mengandung kolesterol tinggi. Mengingat kolesterol
dalam darah juga dipengaruhi oleh masukan lemak dalam makanan, terutama
jenis asam lemak jenuh, kandungan asam lemak juga perlu diperhatikan.
Kembali ke Tradisional
Kiat
memilih makanan rendah kolesterol adalah membatasi sumber hewani.
Perbanyak makanan dari bahan nabati. Selain tidak mengandung kolesterol,
sumber nabati juga mengandung bahan aktif non nutrisi yang dapat
menurunkan kadar kolesterol. Misalnya isoflafon dari biji-bijian, pektin
dari buah dan sayur, serta serat dari biji-bijian, buah dan sayur.
Tentu
maksudnya bukan menyarankan pantang sama sekali sumber pangan hewani,
melainkan harus membatasi dan memilih. Daging sebaiknya yang berserat
halus, seperti daging ayam. Jika ingin makan daging sapi, pilih yang
tanpa lemak. Hindari otak dan jeroan. Pilih ikan yang relatif rendah
kolesterolnya, dibanding kerang-kerangan.
Fast food
(makanan cepat saji) apa pun jenisnya, sebaiknya dikurangi atau
dibatasi. Jenis makanan ini umumnya mengandung kolesterol cukup tinggi.
Sebagai pedoman, dapat dilihat hasil analisis berbagai makanan fast food dari Australia.
Cake
coklat sepotong mengandung 100 mg kolesterol. Burger jenis kombinasi
telur dan keju setiap porsi mengandung 110 mg kolesterol. Steak mulai
dari jenis chuck steak, rib steak, round steak, sampai rump steak mengandung rata-rata 100 sampai 200 mg kolesterol setiap porsi. Makanan yang mengandung keju, apa pun jenisnya, seperti cheese pizza, burger cheese, cheese omelet, kolesterolnya bervariasi antara 100 sampai 200 mg per porsi.
Menu
tradisional Indonesia yang biasa dikonsumsi sehari-hari, rata-rata
mengandung sedikit kolesterol. Misalnya nasi dengan lauk tempe, daging,
sayur, buah dan kacang hijau hanya mengandung kolesterol sebesar 70 mg.
Nasi goreng dengan omelet mengandung kolesterol sekitar 50 mg (berasal
dari telur).
Kalau makan malam dengan nasi, sayur bening bayam,
kacang merah, dengan lauk tahu, tempe dan ikan asin atau ikan goreng,
hanya mengandung kolesterol 20 mg. Jelas, mempertahankan menu
tradisional sangat membatasi asupan kolesterol.
No comments:
Post a Comment