Fakta sebaliknya, justru terjadi pada ikan Bandeng. Meskipun potensi
gizinya lebih baik dan budidaya produksinya lebih mudah. Ternyata, citra
ikan Bandeng justru terpuruk dan berada di bawah. Ikan Bandeng justru
dikenal sebagai ikan murahan yang dikesankan sebagai ikan ‘berbahaya’
kalau dimakan karena banyak durinya. Indonesia sebagai salah satu negara
produsen terbesar ikan Bandeng. Selama ini hanya dikenal sebagai
eksportir ikan Bandeng untuk umpan pemancingan ikan Tuna yang harganya
tentu murah. Tidak lebih dari itu. Mengenaskan memang!
Padahal, kalau mau serius menggarap citra ikan Bandeng sebagai ikan
berkualitas yang murah (tapi tidak murahan), kita bisa menjadi penguasa
dunia ikan konsumsi. Produksi ikan Bandeng yang melimpah tentu bisa
menjadi andalan ekspor produk ikan budidaya.
Soal duri yang selama ini menjadi faktor negatif ikan Bandeng
sebenarnya bukan lagi menjadi hambatan. Karena sudah bisa diproduksi
ikan Bandeng tanpa duri atau bandeng cabut duri. Kita juga memiliki
aneka cara dan teknik memasak ikan Bandeng. Yang selama ini telah
melahirkan menu-menu bandeng bercita rasa tinggi, misalnya: Bandeng
Presto, Otak-otak Bandeng, Bandeng Asap dan berbagai menu lainnya yang
cukup menggiurkan selera.
Bila kita menyadari, ikan Bandeng ini hanyalah salah satu contoh
betapa potensi perikanan, pertanian dan agribisnis lain yang demikian
besar akhirnya tersisih dalam persaingan pasar dunia. Satu hal, hanya
karena ketidakmampuan kita berpromosi dan menggarap pasar.
Dengan fakta terbaru ini mulai sekarang hendaklah kita jangan
memandang dan menilai sesuatu hanya dari sebelah mata atau hanya karena
harga yang murah dan kurang populer sehingga pola pikir kita terbangun
hanya dari opini akibat gencarnya propaganda atau promosi.
No comments:
Post a Comment