Kandungan albuminnya sangat tinggi sehingga dapat mempercepat penyembuhan.
Pernah
melihat ikan gabus yang hidupnya di rawa-rawa? Rupanya memang jelek.
Meski begitu, rasanya tak kalah lezat dari ikan salmon. Ikan gabus mudah
ditemukan di pasar-pasar tradisional, bahkan pasar-pasar modern.
Biasanya dalam bentuk kering alias ikan gabus asin.
Sayangnya,
belum banyak orang yang menjadikan ikan gabus sebagai lauk favorit.
Padahal, selain rasanya yang lezat, ikan gabus juga memiliki manfaat
yang sangat besar untuk kesehatan. Kandungan protein albuminnya yang
sangat tinggi, membuat ikan gabus dapat digunakan untuk membantu
mempercepat penyembuhan beragam penyakit, dari kekurangan gizi hingga
HIV-AIDS.
Adalah
Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., SpGK., ahli gizi dari CFNH
(Center for Food, Nutrition, and Health) bersama rekan-rekannya di
Universitas Hasanudin, yang berhasil membuktikannya. Ide penelitian ikan
gabus berawal dari kebiasaan masyarakat Sulawesi Selatan, seperti di
daerah Sidrat, Sengkang, yang selalu memberikan menu ikan gabus jika ada
yang sakit. “Mereka yakin kalau ikan gabus ada manfaatnya namun tak
bisa membuktikan secara ilmiah,” ungkap Pudji, yang lantas melakukan uji
coba dengan memberikan masakan ikan gabus kepada pasien di RS Wahidin
Sudiro Husodo, Makassar, Sulawesi Selatan. Setelah beberapa kali
mengonsumsi ikan gabus, kadar albumin si pasien meningkat sehingga
kesehatannya pun membaik lebih cepat.
Masalahnya,
tak semua orang suka dengan rasa dan bau ikan gabus. Apalagi, sulit
sekali menyiapkan masakan ikan gabus setiap saat di rumah sakit. Belum
lagi, komposisinya yang tidak pas. Akhirnya, Pudji mengakali dengan
membuat ekstrak ikan gabus dalam bentuk cairan yang nantinya dimasukkan
melalui selang makanan. Meskipun berhasil meningkatkan kadar albumin,
tetapi banyak pasien tetap menolak karena baunya yang amis.
Pudji
menganggap, kedua cara pemberian tadi tidak efektif. Akhirnya, sekitar
tahun 2004-2005, Pudji dan rekan-rekannya menemukan cara yang dianggap
jauh lebih efektif. Ikan gabus dibuat ekstrak dalam bentuk bubuk lalu
dimasukkan ke dalam kapsul. Terbukti, pemberian kepada pasien jauh lebih
mudah, tak ada yang menolak karena seperti layaknya minum obat biasa.
Juga, tak perlu repot memasak dan tak perlu takut dosisnya kurang.
Kapsul
ekstrak ikan gabus pun dikirim ke berbagai posyandu, puskesmas, dan
rumah sakit di beberapa daerah di Indonesia. Selain untuk membantu
pasien yang tak mampu, juga dalam rangka meyakinkan para dokter bahwa
kapsul tersebut memang benar-benar dapat digunakan untuk mengatasi
berbagai penyakit. Terbukti, pasien dengan luka habis operasi, sirosis
hati, ginjal, luka yang besar, dan TBC, bisa sembuh lebih cepat.
“Sekitar 10 sampai 14 hari kadar albuminnya naik 0,6 sampai 0,8,” jelas
Pudji. Bahkan pada penderita HIV-AIDS, kadar albuminnya juga bisa naik
sehingga berat badan si penderita naik perlahan.
Hasil
penelitian yang dilakukan sejak 1994 ini, lalu didaftarkan permohonan
patennya dengan nomor P00200600144, berjudul produk konsentrat protein
ikan gabus. Departemen Kehakiman mengumumkannya pada 8 Maret 2007 dengan
nomor publikasi 047.137.A. “Kami ingin penelitian yang sudah dilakukan
sejak lama membuahkan hasil dengan hak paten,” kata Pudji. Ya, dan
semoga semakin banyak orang sakit yang dapat segera disembuhkan!
APA SIH ALBUMIN ITU?
Albumin
merupakan bagian dari protein yang sangat penting untuk tubuh. “Tubuh
kita terdiri dari 60% plasalbumin,” jelas Pudji. Albumin berada di dalam
darah dan berfungsi mengatur keseimbangan air dalam sel, memberi gizi
pada sel, dan mengeluarkan produk buangan. Selain itu, albumin juga
berfungsi mempertahankan pengaturan cairan dalam tubuh.
Bila
kadar albumin rendah, maka protein yang dikonsumsi anak akan pecah.
Protein yang seharusnya dikirim untuk pertumbuhan sel, menjadi tidak
maksimal. Pada anak yang kekurangan albumin pun, seperti penderita TBC,
maka obat yang diminum daya kerjanya kurang maksimal. Sedangkan pada
anak yang sedang berada di fase golden age (1-5 tahun), kekurangan
albumin sangat mengganggu pertumbuhan otaknya. Semakin sedikit albumin,
pertumbuhan sel di otak akan semakin sedikit. Sel yang sedikit membuat
anak tak tumbuh lebih cerdas.
Kadar
albumin normal dalam tubuh antara 3,5-4,5. Bila kurang dari 2,2
menunjukkan masalah pada tubuh. Umumnya, masalah gizi, karena zat gizi
yang dibawa di dalam darah sangat kurang sehingga tak bisa memberi gizi
pada sel. Hal ini akan memengaruhi kesehatan anak. Bisa saja anak
kekurangan gizi hingga mengalami gizi buruk. Kekurangan gizi ini pun
berdampak terhadap daya kekebalan tubuh yang sangat rendah sehingga anak
mudah sakit. Sedangkan pada anak yang menderita penyakit tertentu,
semisal TBC, akan lebih lama disembuhkan.
Sebenarnya,
tubuh memiliki cadangan albumin yang bisa digunakan bila asupan albumin
sangat kurang. Letaknya berada di dalam otot. Namun bila albumin
cadangan ini diambil terus-menerus, anak akan mengalami gangguan berat
badan. Ia terlihat sangat kurus dan tubuhnya tidak bugar. Tak heran bila
anak yang sangat kurus diindikasikan kekurangan albumin di dalam
tubuhnya.
Berbeda
bila kadar albumin di dalam tubuh mencukupi, selain daya tahan tubuh
meningkat, proses penyembuhan dari penyakit pun lebih cepat. Bila pun
kelebihan biasanya disimpan di jaringan lemak dan tak akan membahayakan
anak. “Tapi anak yang mengalami kelebihan albumin jarang sekali
ditemukan,” kata Pudji.
Pudji
melakukan penelitian terhadap dua anak dengan gizi buruk yang sedang
dalam pengobatan. Anak pertama diberikan biskuit yang tak mengandung
albumin, sedangkan anak kedua diberikan biskuit yang mengandung albumin.
Hasilnya, anak yang diberikan biskuit dengan kandungan albumin ikan
gabus, BB-nya naik lebih cepat.
AYO, BERIKAN IKAN GABUS!
Tak
hanya anak sakit yang kekurangan albumin, anak sehat pun bisa mengalami
kekurangan albumin namun pada saat itu dia tidak sedang sakit. Bisa
ditunjukkan dengan tubuh anak yang kurus, tidak terlihat segar, lemah,
dan sebagainya. Namun gejala kurus tidak bisa selalu diindikasikan kalau
anak kekurangan albumin. Bisa saja anak memang punya genetik kurus dari
kedua orangtuanya atau penyakit lainnya. Menurut Pudji, untuk
mendapatkan jawaban yang tepat, darah anak harus diperiksa di
laboratorium untuk diketahui kadar protein albuminnya.
Namun,
jangan menunggu sampai anak kekurangan albumin. Kita harus mencegah
kejadian tersebut karena sangat mengganggu daya tahan tubuh, juga sistem
metabolismenya. Kita bisa memberikan albumin secara alami kepada anak.
Misalnya dengan menyediakan lauk ikan gabus dalam menu anak. Apalagi,
ikan gabus mudah sekali didapatkan di pasar-pasar.
Menurut
Pudji, kita bisa bebas memberikan ikan gabus kering atau basah. Namun
karena rasa dan baunya yang tak selalu disenangi setiap anak, maka kita
perlu membuat variasi menu yang menarik supaya anak senang
mengonsumsinya. Bisa digoreng asin, goreng manis, dibuatkan abon, bahkan
bisa disantan seperti ikan kakap. Sedangkan untuk bayi, bisa dicampur
dengan nasi tim.
Mengenai
waktu pemberiannya bisa kita atur sendiri: seminggu sekali atau dua
kali, bahkan setiap hari pun boleh. Dengan mengonsumsi ikan gabus
diharapkan anak tak akan kekurangan albumin. Namun tentu saja, kita tak
boleh mengesampingkan asupan gizi seimbang. Gizi seimbang harus kita
perhatikan dengan baik. Jadi, sekarang jangan memandang ikan gabus
sebagai lauk orang pinggiran mengingat manfaatnya yang sangat besar.
ALTERNATIF PENGOBATAN MURAH
Kapsul
ekstrak ikan gabus bisa dijadikan alternatif pengobatan yang sangat
murah. Bayangkan, anak yang berkadar albumin rendah harus diberi infus
seharga sekitar Rp1,4 juta per botol. Minimal pemberian adalah 3 botol.
Jika dikalikan, maka biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp4,2 juta.
Bila kebutuhan infus lebih banyak, tentu biaya yang dikeluarkan pun jauh
lebih besar. Tak heran bila banyak orangtua dari kalangan tak mampu
sering mengeluh akan besarnya biaya pengobatan.
“Saya
tidak tega melihat ibu yang memiliki anak gizi buruk namun tak bisa
berbuat apa-apa,” tutur Pudji. Nah, dengan kapsul albumin dari ikan
gabus seharga Rp3.000 per buahnya, bila pemberiannya 2 kapsul sekali
minum sehari 3 kali selama 10 hari, maka total biaya yang harus
dikeluarkan hanya Rp180.000. Tentu biaya ini jauh lebih terjangkau,
sementara kemampuan menaikkan kadar albuminnya pun sama. Terbukti, dari
penelitian yang dilakukan Pudji, pemberian kapsul dapat meningkatkan BB
anak sebanyak 1 kg setiap bulan.
Keresahan
Pudji akan banyaknya kasus gizi buruk pada anak pun terobati. Sebab,
kini mereka tak perlu membayar mahal bila ingin memperbaiki masalah gizi
anak. Mereka bisa menggunakan kapsul atau biskuit albumin ikan gabus.
Atau, mereka bisa memberikan lauk ikan gabus pada anak-anak mereka.