PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuna
adalah jenis ikan yang senang melanglang buana. Secara bergerombol,
ribuan ikan tuna sirip biru selatan (southern blue fin tuna), misalnya,
bisa berpindah dari Samudera Hindia ke sebelah barat Benua Australia
hingga Samudera Selatan dekat Kutub. Jarak ribuan kilometer itu ditempuh
dengan kecepatan tinggi sehingga jenis ikan pelagis ini tergolong sulit
ditangkap.
Untuk
menaklukkannya, mereka mengembangkan berbagai jenis alat tangkap dari
yang sederhana hingga modern dengan daya tangkap yang intensif. Tak
heran dalam beberapa tahun terakhir dilaporkan telah terjadi penurunan
jumlah tangkapan ikan penjelajah itu. menurunnya hasil tangkapan ikan
tuna di dunia telah terlihat sejak tiga tahun terakhir, yaitu dari
produksi 3,9 juta ton pada tahun 1999 menjadi 3,6 juta ton tahun 2002.
Selain
jumlah, terjadi kecenderungan penurunan berat per ekor dalam seperempat
abad terakhir ini, yaitu dari 37 kilogram (kg) rata-rata per ekor pada
tahun 1973 menjadi 26 kg pada tahun 1999. Hal tersebut menunjukkan
menurunnya populasi tuna karena penangkapan berlebih dan berkurangnya
ketersediaan serta kualitas sumber pakannya. Populasi tuna di alam yang
terus menurun itu belum juga mendorong upaya pengurangan kegiatan
penangkapannya. Akibatnya, ikan tuna kini terancam populasinya di muka
Bumi. Dalam pertemuan Convention on International Trade in Endangered
Species on Wild Fauna And Flora (CITES) pada tahun 1992, telah
dinyatakan bahwa ikan tuna sirip biru yang banyak ditangkap di Samudera
Pasifik merupakan spesies yang nyaris punah.
Beberapa
spesies ditangkap secara besar-besaran, sementara perhatian untuk
melestarikan mereka sangat kecil. Ini karena nilai komersialnya dari
hasil tangkapan terbilang tinggi. Selain itu, ada juga kesulitan dalam
mengatur perikanan multinasional yang mengeksploitasi persediaan
teknologi pembenihan yang belum berkembang.
Melihat
kecenderungan penurunan populasi akibat penangkapan, pemerintah Jepang
berpendapat bahwa Indonesia bertanggung jawab atas kelangsungan
perikanan tuna dunia karena Indonesia merupakan salah satu negara
pengekspor ikan tuna terbesar dunia. Untuk itu perlu dilakukan studi
tentang budidaya pembenihan ikan tuna serta teknologi manajemen pemberian pakan pada pemeliharaan ikan tuna di wilayah perairan tropis.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui teknologi manajemen pemberian pakan pada pemeliharaan ikan tuna.
Kegunaannya adalah sebagai bahan pembelajaran dan informasi dalam usaha budidaya perikanan ikan tuna.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
Tuna adalah kelompok ikan laut dari keluarga Scombridae, terutama dari genus Thunnus. Tuna adalah perenang cepat, dengan kecepatan 70 km / jam (43 mph). Ikan tuna dari keluarga Scombridae ditemukan di belahan bumi selatan
perairan dari semua lautan di dunia terutama antara 30 ° LS dan 50 °
dan, hampir 60 ° S. Sampai dengan 2,5 m (8,2 kaki) dan beratnya mencapai
400 kg (882 lbs ). Warna tubuh biru-hitam di bagian belakang dan perak-putih di sisi-sisi dan perut, dengan kuning terang dalam spesimen dewasa.. Warna sirip punggung pertama adalah abu-abu dengan semburat kuning, punggung kedua berwarna merah-coklat, dan finlets
berwarna kuning dengan pinggiran lebih gelap. Tuna sirip biru selatan,
seperti spesies tuna lainnya adalah bagian dari kelompok ikan bertulang
yang dapat mempertahankan suhu tubuh inti mereka hingga 10 derajat di
atas suhu lingkungan. (http://wikipedia.html.com)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Superclass : Gnathostoma
Class : Osteichthyes
Order : Perciformes
Suborder : Scombroidea
Subfamily : Scombridae
Genus : Thunnus Gambar 1. Ikan Tuna
Species : T. Obesus (Tana Mata Besar)
Berikut ini 8 spesies dalam genus Thunnus adalah :
Nama Umum
|
Nama Ilmiah
|
Max
Panjang
|
Panjang
Umum
|
Max
Berat
|
Max
Usia
|
Status
IUCN
|
Alabcore Tuna
Atlantic Bluefin Tuna
Bigeye Tuna
Blackfin Tuna
Longtail Tuna
Southern Bluefin Tuna
Pasifik Tuna Sirip Biru
Yellowfin Tuna
|
Thunnus alalunga (Bonnaterre,1788)
Thunnus Thynnus (Linneus, 1758)
Thunnus obesus (lowe, 1839)
Thunnus atlanticus (pelajaran, 1831)
Thunnus tonngol (Bleeker,1851)
Thunnus maccoyii (Castelnau, 1872)
Thunnus orientalis (Temmick & Schlegel 1844)
Thunnus albacores (Bonnaterre 1788)
|
140 cm
458 cm
250 cm
108 cm
145 cm
245 cm
300 cm
239 cm
|
100,0 cm
200 cm
180 cm
72,0 cm
70,0 cm
160 cm
200 cm
150 cm
|
60,3 kg
684,0 kg
210,0 kg
20,6 kg
35,9 kg
260,0 kg
450,0 kg
200,0 kg
|
9 thn
15 thn
11 thn
20 thn
15 thn
9 thn
|
Dekat
Terancam
Langka
Rentan
Sdikit Perhatian
Data kurang
Kritis T.punah
Sdikit Perhatian
D.Trancam
|
Sumber : Wikipedia, 2010
B. Morfologi
Ikan
tuna mata besar mempunyai sirip dada yang cukup panjang pada individu
yang besar dan menjadi sangat panjang pada individu yang sangat kecil,
warna bagian bawah dan perut putih, garis sisi pada ikan yang hidup
seperti sabuk berwarna biru membujur sepanjang badan, sirip punggung
pertama berwarna kuning terang, sirip punggung kedua dan sirip dubur
berwarna kuning muda, jari-jari sirip tambahan (finlet) berwarna kuning
terang, dan hitam pada ujungnya, panjang total maksimum (total
length/TL) 250 cm dengan panjang cagak (Fork length/FL) rata-rata
perindividunya lebih dari 180 cm, ukuran panjang cagak normal yang
tertangkap antara 40 cm dan 170 cm (Fonteneau dan Marcille Eds.1991).
Menurut (Fukofuta dan Itano (2006), ikan tuna mata besar mempunyai cirri-ciri luar sebagai berikut :
· Sirip ekor mempunyai lekukan yang dangkal pada pusat celah sirip ekor
· Pada ikan dewasa relative dibandingkan tuna-tuna yanglain
· Profil badan seluruh bagian dorsal dan ventral melengkung secara merata
· Sirip dada pada ikan dewasa ¼ - 1/3 kali panjang cagak
· Sirip
dada pada ikan tuna (Yuwana) lebih panjang dan selalu melewati belakang
sebuah garis yang digambar di antara tepi-tepi anterior sirip punggung
kedua dan sirip anal
· Ikan
–ikan tuna mata besar dengan ukuran <75 cm (10 kg) mempunyai sirip
dada yang lebih panjang daripada ikan tuna sirip kuning dari
ukuran-ukuran yang sebanding
C. Distribusi Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus)
Ikan
Tuna mata besar hidup diperairan tropis sampai sub tropsi. Ikan ini
adalah ikan perenang cepat dan hidup bergerombol (schooling) sewaktu
mencari makan. Kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 km/jam. Kemampuan
renang ini merupakan salah satu factor yang menyebabkan penyebarannya
dapat meliputi skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas, termasuk
diantaranya beberapa spesies yang menyebar dan bermigrasi lintas
samudera (gighly migratory). (Supadiningsih dan Rosana, 2004)
Distribusi
ikan tuna di laut sangat ditentukan oleh berbagai factor, baik factor
internal dari ikan itu sendiri maupun factor eksternal dari lingkungan.
Factor internal meliputi jenis (genetis), umur, dan ukuran, serta
tingkah laku (behaviour). Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan
dalam struktur morfologis, respon fisiologis dan daya adaptasi terhadap
lingkungan, factor eksternal merupakan factor lingkungan diantaranya
parameter oseanografi, mesopelagik, berada pada permukaan sampai
kedalaman 250 m. Suhu dan kedalaman termoklin menjadi factor utama
distribusi verikal dan horizontal dari ikan tuna tersebut.(Maury, 2005).
Kedalaman
renang tuna bervariasi tergantung jenisnya, ummnya tuna dapat
tertangkap di kedalaman 0-400 m. Salinitas perairan yang disukai
berkisar 32-35 ppt, atau perairan oseanik, habitat ikan tuna mata besar
di daerah perairan dengan suhu dari 130 - 290C, namun batas suhu optimunnya antara 170 C dan 220,
variasi suhu yang terjadi berhubungan erat dengan musim dan perubahan
iklim dari suhu permukaan dan termoklin. Ikan tuna mata besar kecil dan
juvenile bergerombol di permukaan perairan dengan sesame spesiesnya
sedangkan ikan dewasa tinggal di perairan yang lebih dalam.
Ikan
tuna mata besar mempunyai pola tingkah laku yang khas berdasarkan
kedalaman, yaitu pada malam hari ikan tuna ini berada di lapisan
permukaan pada kedalaman kira-kira 50 m (Dagorn et al. 2005, Gunn dan
Block, 2001). Pada siang hari dapat menyelam hingga kedalaman 50 m. Laju
tangkap pada ikan tuna ini di samudra hindia sangat rendah dari 200 m.
Ikan betina dewasa lebih banyak ditemukan di perairan tropis, juga
ditemukan setiap tahun didaerah sekitar barat dan tengah samudra hindia
meskipun relative jarang ditemukan juga di daerah samudra hindia bagian
timur pada bulan april hingga September.
Penyebaran
ikan tuna mata besar di dunia yaitu di perairan sub tropis, samudra
pasifik, samudra hindia, dan samudera atlantik, tetapi tidak terdapat
dilaut mediterania. Di Indonesia daerah penyebaran tuna, termasuk tuna
mata besar secara horizontal meliputi perairan barat dan selatan
sumatera, selatan jawa, bali dan nusa tenggara, laut banda dan
sekitarnya, laut Sulawesi dan perairan papua. Semua jenis tuna terdapat
di Indonesia kecuali tuna sirip biru utara dan tuna sirip biru hitam,
karena tuna sirip biru utara menghuni samudra pasifik dan talantik,
sedangkan tuna sirip hitam hanya terdapat di samudra atlantik.
D. Makan dan Kebiasaan Makan
Ikan
Tuna merupakan ikan karnivora dan menempati tempat teratas dalam rantai
makanan di laut. Ikan tuna memakan kelompok ikan kecil lain, cumi,
krustacea dan planktonik. Ikan tuna menggunakan gerakan yang hebat dalam
kolom air untuk menangkap makanannya. Pergerakan ikan tuna nik dan
turun dikolom air juga sesuai dengan ketersediaan makanan. Sepanjang
hari ikan tuna cenderung menyelam ke bawah dan malam hari
naik kepermukaan untuk makan dan ketengah untuk menghindari kompetisi
makanan. Menurut Calkins (1980), pada ikan tuna mata besar kebiasaan
makannya dalah oportunistik dalam semua tahap hidupnya selama siang dan
malam dengan dengan mangsanya krustacea, cephalopod dan ikan.
E. Aspek Reproduksi
Tuna
seperti semua scombrid lainnya adalah heteroseksual yaitu jenis
kelaminnya terpisah (jantan dan betina), dan tidak ada cirri morfologis
eksternal untuk melihat perbedaan kelamin. Ikan jantan di identifikasi
oleh keberadaan testes dan ikan betina oleh keberadaan ovary dalam
gonad. Fertilisasi telur eksternal dan mengambil tempat di air setelah
dilepaskan oleh ikan betina.
Masa
hidup ikan tuna mata besar 12 tahun, perlahan mencapai laju pertumbuhan
moderate dan matang pada umur 3-4 tahun (FL : 110 cm dan W : 30 kg).
Ikan tuna mata besar dapat mencapai berat hingga 180 kg pada usia 8
tahun, atau lebih tua. Ikan tuna merupakan multiple atau batch spawner,
benih gametnya langsung masuk ke laut untuk fertilisasi. Ikan tuna
merupakan pemijah berlimpah dan memijah tergantung spesiesnya yang
mungkin memijah sepanjang musim pemijahan.
Ikan
tuna betina diklasifikasikan matang atau aktif secara seksual ketika
isi ovarinya penuh dengan kuning telur. Ikan tuna jantan
diklasifikasikan matang seksual jika terdapat sperma pada kantung
sperma.
Ø Perkembangan Testis
Testis
adalah organ tempat terjadinya proses produksi spermatozoa. Pada ikan
golongan teleost terdiri dari sepasang organ yang terletak pada bagian
bawah dari gelembung renang di bagian atas dan usus, dan ada di di
belakang ginjal. Pada induk jantan yang matang anterior testisnya ¾
volume dari sperma. (Nagahama, 1983).
Ø Perkembangan Ovarium
Pada
ikan tuna dewasa, ovarium secara umum berjumlah sepasang yang menempel
pada rongga tubuh (body cavity). Oosit yang berkembang terletak di
tengah dalam lapisan folikel yang dilindungi oleh suatu lapisan sel yang
memproduksi steroid. (Arukwe et al, 2003).
F. Musim Pemijahan
Musim
pemjahan ikan tuna di wilayah pasifik terjadi sepanjang tahun di
perairan tropis dan musiman pada lintang tinggi di perairan dengan suhu
diatas 260C, (kume 1967 : Miyabe 1994),
kemudian Hisada (1979) menambahkan, bahwa ikan tuna mata besar
memerlukan kedalaman dilapisan tercampur sedikitnya 50 m dengan suhu
permukaan laut kurang dari 240C. Terdapat hubungan antara kematangan ikan tuna mata besar pada suhu permukaan laut di bawah 230C hingga 240C yang mewakili batas terendah.
Pada umumnya ikan tuna memijah sepanjang tahun di daerah tropis (100N - 150S)
dan selama musim panas di lintang tinggi (Collete dan Nauen, 1983). Di
samudra pasifik ukuran minimum pertama kali seksual untuk ikan tuna mata
besar 100 cm, di pasifik bagian barat ikan betina 50% bereproduksi
dengan ukuran pertama matang seksual adalah 135 cm, aktivitas pemijahan
ikan tuna mata besar di samudra hindia yaitu dari December hingga bualn
januari dan juni, ukuran yang matang 50% untuk betina dan
jantan diperkirakan pada panjang 88,08 dan 86,85 cm, rasio kelamin
bervariasi setiap buan dengan selang kelas ikan tuna ukuran keci (85-115
cm FL) lebih banyak ikan betina, sedangkan ikan tuna ukuran besar
(125-115 cm FL) terdiri dari ikan janta.
G. Waktu Pemijahan
Ikan tuna merupakan serial spawner, dapat mengulangi pemijahan secara harian atau mendekati interval harian selama periode pemijahan
yang panjang (Nikaido et al 1991). Pemijahan terjadi menjelang sore
atau malam di dekat permukaan (Mc person 1991), diperkirakan dari pukul
18.00 hingga tengah malam, menyimpan telur harian (Matsumoto dan miyabe,
2002). Puncak pemijahan pada malam hari sekitar pukul 19.00 hingga
pukul 24.00 dengan batch fekunditas jutaan telur setiap periode
pemijahan
H. Potensi Perikanan Ikan Tuna Di Samudera Hindia
Sumberdaya ikan tuna merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia di bidang perikanan laut.
Ekspor
produk ikan tuna dari propinsi bali pada bulan Januari – Oktober tahun
2008 meliputi tuna segar, tuna loin segar, tuna beku, tuna steak beku,
tuna loin beku, tuna meat beku, dan tuna filet beku. Dari tujuh jenis
produk ini yang dominan adalah tuna segar dan tuna steak beku.
Data
ekspor berbagai produk tuna dapat dilihat pada Gambar 2 dengan nilai
ekspor terletak pada gambar 3. Volume ekspor tertinggi adalah tuna beku
pada bulan januari 2008, nilai ekspor tertinggi diperoleh dari tuna
segar pada bulan mei 2008 (PRPT, 2008).
Gambar 2. Data Volume Ekspor Produk Ikan Tuna Dari Propinsi Bali Januari - Oktober 2008
Gambar 3. Data Nilai Ekspor Rata-Rata Perbulan Produk Ikan Tuna Dari Propinsi Bali Tahun 2008
Data
ekspor berbagai produk tuna dapat dilihat pada Gambar 2 dengan nilai
ekspor terletak pada gambar 3. Volume ekspor tertinggi adalah tuna beku
pada bulan januari 2008, nilai ekspor tertinggi diperoleh dari tuna
segar pada bulan mei 2008 (PRPT, 2008).
TEKNIK BUDIDAYA DAN MANAJEMEN
PEMBERIAN PAKAN
A. Teknik Budidaya
a. Persyaratan Lokasi
Kondisi
perairan yang cocok untuk budidaya tuna diantaranya adalah suhu
perairan berkisar 15 - 28oC, perairan budidaya tidak tercemari oleh
buangan lumpur sungai, aliran arus laut yang cukup, tingkat penetrasi
cahaya yang cukup besar dan tingkat oksigen terlarut yang tinggi. Bentuk
jaring apung harus dirubah dari kubus dan segiempat ke bentuk lingkaran
untuk menyesuaikan dengan tipe berenang tuna. Satu set jaring apung
berukuran panjang 120 m, lebar 50 meter dan kedalaman 30 m untuk jaring
apung induk yang dipelihara di laut. (http://oyabunk99.wordpress.com/2012/01/26/budidaya-ikan-tuna-suatu- eniscayaan-2/)
Gambar 1. Jaring apung ( Pontoon) pemeliharaan tuna
Bentuk pontoon (karamba jaring apung tuna) sebaiknya adalah lingkaran berdiameter 30 - 40 meter terbuat dan dari plastik polietilene
hitam. Ring-ringnya terapung dipermukaan air dan ditopang dengan tiang
penyangga. Tiap 2 jaring dihubungkan dengan pelampung. Adapun jaring
bagian dalam yang berisi tuna, mempunyai ukuran mata jaring 60 mm - 90
mm dan kedalaman jaring 12 - 20 meter. Dasar jaring diletakkan berada
paling sedikit 5 meter dari permukaan dasar laut. Sementara jaring
bagian luar dipakai untuk mencegahnya dari pemangsaan ikan hiu atau
untuk mencegah adanya tuna yang terlepas. Ukuran mata jaring luar ini
sebesar 150 mm ・200 mm. Namun studi terbaru menyimpulkan bahwa jaring luar tidak diperlukan untuk menghemat ongkos produksi. (http://oyabunk99.wordpress.com/2012/01/26/budidaya-ikan-tuna-suatu-keniscayaan -2)
Satu
unit jaring apung standar mampu menampung 2000 ekor anak tuna dan itu
tergantung berapa diameter jaring dan daya tampung maksimum yang
diizinkan, idealnya 4 kg per meter kubik air. Jaring apung dengan
diameter 40 m menyediakan volume sebesar 80% lebih besar dari jaring
dengan diameter 30 m, dan seterusnya bila jaring apung tersebut
berdiameter 50 m maka akan mempunyai 60% volume lebih besar lagi dalam
jumlah ikan yang bisa dipelihara. (http://oyabunk99.wordpress.com/2012/01/26/budidaya-ikan-tuna-suatu-keniscayaan -2
b. Pengelolaan Calon Induk
· Transportasi calon induk
Transportasi
ikan tuna yang tertangkap dilakukan dengan menggunakan bak fiberglas
oval vol. 1 m3. Dengan menggunakan bak ini hanya 2-3 ekor ikan berukuran
2 kg atau satu ekor untuk ikan berukuran 3-5 kg yang dapat
ditransportasikan dalam satu trip.
Gambar 2. Bak Fiberglass Untuk Induk
· Pengobatan
Ikan-ikan yang berhasil ditansportasikan ditempatkan dalam bak pengobatan untuk dilakukan pengobatan dan observasi kondisi kesehatan ikan selama 24 jam. Pengobatan dilakukan dengan perendaman menggunakan Sodium Nifurstirenate (Na-NFS) yang lebih dikenal dengan nama dagang Erubazu sebesar 10 – 20 ppm selama 2 jam. Ikan-ikan yang sehat ditransfer ke bak aklimasi dengan menggunakan kantong plastik setelah terlebih dahulu dilakukan pengukuran panjang cagak, memasukkan tagging dan pemotongan finlet untuk keperluan analisa genetik. (http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/pembenihan-ikan-tuna-/
Ikan-ikan yang berhasil ditansportasikan ditempatkan dalam bak pengobatan untuk dilakukan pengobatan dan observasi kondisi kesehatan ikan selama 24 jam. Pengobatan dilakukan dengan perendaman menggunakan Sodium Nifurstirenate (Na-NFS) yang lebih dikenal dengan nama dagang Erubazu sebesar 10 – 20 ppm selama 2 jam. Ikan-ikan yang sehat ditransfer ke bak aklimasi dengan menggunakan kantong plastik setelah terlebih dahulu dilakukan pengukuran panjang cagak, memasukkan tagging dan pemotongan finlet untuk keperluan analisa genetik. (http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/pembenihan-ikan-tuna-/
· Aklimasi
Calon induk yang masih berukuran antara 2-3 kg tersebut dipelihara dalam bak beton bervolume 150 m3 ( ø 8m kedalaman 3m) dalam beberapa bulan untuk observasi pertumbuhan dan kesehatan ikan sehingga ikan yang dipindah ke dalam bak induk sudah benar-benar sehat dan teraklimasi. Selama dalam bak aklimasi, ikan diberi pakan satu kali sehari dari Senin-Sabtu dan pada hari Minggu tidak diberi pakan. Pakan yang diberikan berupa ikan layang dan cumi-cumi sebesar 10-20 % biomas. Untuk menjaga kesehatan ikan, diberikan tambahan vitamin kompleks sebesar 15 g/kg pakan atau 0.4 g/kg bobot ikan dalam bentuk kapsul. Pertumbuhan harian rata-rata ikan yang dipelihara dalam bak aklimasi adalah 50 g/hari. Hal ini masih bisa ditingkatkan jika tujuannya untuk budidaya. (http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/pembenihan-ikan-tuna-/)
Calon induk yang masih berukuran antara 2-3 kg tersebut dipelihara dalam bak beton bervolume 150 m3 ( ø 8m kedalaman 3m) dalam beberapa bulan untuk observasi pertumbuhan dan kesehatan ikan sehingga ikan yang dipindah ke dalam bak induk sudah benar-benar sehat dan teraklimasi. Selama dalam bak aklimasi, ikan diberi pakan satu kali sehari dari Senin-Sabtu dan pada hari Minggu tidak diberi pakan. Pakan yang diberikan berupa ikan layang dan cumi-cumi sebesar 10-20 % biomas. Untuk menjaga kesehatan ikan, diberikan tambahan vitamin kompleks sebesar 15 g/kg pakan atau 0.4 g/kg bobot ikan dalam bentuk kapsul. Pertumbuhan harian rata-rata ikan yang dipelihara dalam bak aklimasi adalah 50 g/hari. Hal ini masih bisa ditingkatkan jika tujuannya untuk budidaya. (http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/pembenihan-ikan-tuna-/)
· Pengelolaan air pemeliharaan
Dalam
pemeliharaan ikan tuna dalam bak terkontrol, kualitas air memegang
peranan yang sangat penting baik tingkat kandungan oksigen, pH air, dan
kandungan kimia lainnya serta tingkat kecerahan air.
Untuk
menjaga kondisi air tetap bagus, diperlukan satu paket suplai air yaitu
pompa air laut, saringan pasir, tandon penampungan air, pipa saluran
air ke setiap bak, biofilter. Dengan menggunakan sistem ini, pengelolaan
air menjadi sistem semi tertutup (50 % resirkulasi) dan fluktuasi
parameter air tidak terlalu besar. Pengukuran parameter kualitas air
terutama Oksigen, pH dan salinitas dilakukan setiap hari sehingga jika
terjadi perubahan yang drastis dapat dilakukan tindakan awal. Untuk
menambah suplai oksigen kedalam air digunakan ring blower 2.2 KW untuk bak aklimasi dan 3.7 KW untuk bak induk. Pembersihan dinding dan dasar bak dilakukan setiap dua bulan.
c. Pemeliharaan calon induk
Calon induk dipelihara sejak masih benih yang berasal dari hasil tangkapan trap net atau trolling net benih-benih ini dipelihara sampai matang gonad. Pemilihan calon induk yang berasal dri benih dan
bukan dari induk laut yang disebabkan induk-induk yang berasal dari
hasil tangkapan yang umumnya mati dalam perjalanan atau minimal terluka
saat ditangkap.
Calon
– calon induk ini diberi pakan ikan segar dan ikan es seperti teri,
mackerel, horse mackerel, dan cumi-cumi tergantung pertumbuhanya.
d. Pemijahan
Adalah hal
yang sulit untuk memelihara induk tuna dalam kolam beton sebagaimana
induk-induk ikan lainnya karena ukuran tubuhnya yang besar. Oleh karena
itu tidak mudah pula untuk dilakukan pemijahan buatan menggunakan
manipulasi lingkungan atau pemberian hormon. Pemijahan yang dilakukan
sekarang sebatas mengikuti kondisi pemijahannya di alam.
Ikan
yang memijah berumur 5 tahun yang dipelihara pada jaring apung
berdiameter 30 m dan kedalam 7 meter pada suhu 21.8 - 25.6oC. Jumlah
telur yang dipijahkan sebanyak 160 x 104 butir dan larva yang hidup
hanya bertahan selama 47 hari dari waktu menetas. Pemijahan mulai
terjadi pada jam 5 sore dan mulai mengeluarkan telurnya pada jam 7 malam
hingga jam 9 malam.
Sebelum memijah, terlihat 1-2 ekor induk jantan merubah warnanya menjadi hitam saat seekor induk betina menunjukkan rangsangan untuk memijah di Amami. Perubahan warna induk jantan dari biru ke hitam erat kaitannya dengan rangsangan hormonal induk betina sesaat sebelum melepaskan telurnya.
Sebelum memijah, terlihat 1-2 ekor induk jantan merubah warnanya menjadi hitam saat seekor induk betina menunjukkan rangsangan untuk memijah di Amami. Perubahan warna induk jantan dari biru ke hitam erat kaitannya dengan rangsangan hormonal induk betina sesaat sebelum melepaskan telurnya.
Induk tuna
tidak selamanya memijah tiap tahun. Misalnya induk yang memijah ditahun
1987 kemudian memijah kembali 7 tahun kemudian (1994) dan 2 tahun
berikutnya berturut-turut (1995 dan 1996). Oleh karena itu diperlukan
teknologi yang memungkinkan ikan tuna dapat memijah setiap tahunnya. (http://oyabunk99.wordpress.com/2012/01/26/budidaya-ikan-tuna-suatu-keniscayaan -2)
e. Penetasan Telur
Telur
ikan tuna menetas setelah 32 jam pada suhu 24oC selama setengah jam.
Larva yang hidup hanya bertahan selama 47 jam setelah menetas (Kumai
1995). Tingkat penetasan telur pada induk tuna berumur 9-10 tahun adalah 83% sedangkan tingkat penetasan telur pada induk yang berumur 7 tahun adalah 88.3%. (http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/pembenihan-ikan-tuna-/)
f. Pemeliharaan Larva
Di
pusat Penelitian Tuna Amami, Larva dipelihara pada suhu 24.6-27.8oC dan
diberi pakan rotifera, artemia dan larva ikan hidup. Pada tahap ini
tingkat kelangsungan hidup larva sangat rendah dimana 5 hari pertama
larva yang hidup tinggal 20% dan kemudian pada hari ke-10 tingkat
kelangsungan hidupnya tinggal 10%. Pada hari ke-20 setelah menetas,
terjadi kematian yang tinggi akibat kanibalisme. Selanjutnya akibat lain
dari tingginya tingkat kematian adalah saat pemindahan larva ke jarring
apung. (http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/pembenihan-ikan-tuna-/)
g. Penggemukan Anak Tuna
Larva
yang sudah berumur 5 hari kemudian di pindahkan ke jarring apung yang
sudah disiapkan, larva yang kemudian tumbuh menjadi anak tuna dibesarkan (digemukkan) sampai mencapai ukuran komsumsi.
Gambar 3. Suasana dalam jaring apung ikan tuna.
Gambar 4. Jenis ikan sarden dan Mackerel menjadi santapan Tuna
h. PAKAN
Calon-calon
induk ini diberi pakan ikan segar dan ikan es seperti teri, mackerel,
horse mackerel dan cumi-cumi tergantung pertumbuhannya. Mackerel umumnya
digunakan karena ukurannya yang cocok untuk mulut tuna. Berbagai
vitamin dan enzim ditambahkan ke pakan tersebut untuk mendukung
pertumbuhannya. Tingkat pemberian pakan sebesar 2-5% berat tubuh pada
1-2 kali perhari, tergantung suhu perairan dan ukuran tubuh. Pakan
buatan sementara ini belum digunakan. Studi-studi tentang nutrisi pakan
yang cocok buat tuna belum memadai. Melalui pengembangan pakan buatan
diharapkan akan memudahkan untuk memasukkan bahan-bahan hormon yang
kelak dapat mempercepatpemijahannya.(http://oyabunk99.wordpress.com/2012/01/26/budidaya-ikan-tuna-suatu- keniscayaan-2/)
Calon
induk ikan tuna diberi pakan satu kali sehari dari Senin-Sabtu dan pada
hari Minggu tidak diberi pakan. Pakan yang diberikan berupa ikan layang
dan cumi-cumi sebesar 5-10 % biomas. Untuk menjaga kesehatan ikan,
mempercepat pematangan gonad, diberikan tambahan vitamin kompleks
sebesar 0.06, Vitamin C 3.75 dan vitamin E 0.03g/kg bobot induk. Vitamin
kompleks dan Vitamin C diberikan setiap hari sementara vitamin E setiap
dua hari.
i. Panen
5. Proses pemanenan Ikan Tuna
j. Pemasaran Ikan Tuna
Ikan
tuna hasil budidaya di ekspor keluar negeri hal ini disebabkan karena
permintaan ikan tuna dari luar negeri cenderung meningkat.
Sebelum
adanya kegiatan budidaya tuna di tahun 1996, nilai ekspor tuna di
Negara Australia yang merupakan salah satu negara yang melakukan
kegiatan budidaya selain jepang dan Indonesia, nilai ekspor hanya
sebesar 6 juta US $, 8 namun semenjak digalakkannya usaha budidaya,
Australia berhasil mendongkrak nilai ekspor tunanya sebesar 202 juta US $
di tahun 1999/2000 dan meningkat lagi di tahun 2002/2003 menjadi 320
juta US $. (http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/pembenihan-ikan-tuna-/).
Negara
tujuan ekspor ikan tuna adalah Jepang, Singapura, Eropa, USA, Thailand
dan Korsel. Salah satu produk ikan tuna adalah ikan tuna beku (tuna
loin) yang sangat menguntungkan karena harga jual loin 58% lebih tinggi
dibandingkan bentuk utuh. Jenis-jenis ikan
tuna yang dibuat loin adalah dari jenis Albacore (Thunnus a/alunga),
Yellowfin Tuna (Thunnus albacores) dan Big Eye Tuna (Thunnus obesus). http://oyabunk99.wordpress.com/2012/01/26/budidaya-ikan-tuna-suatu-keniscayaan-2/
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pembahasan mengenai Teknologi dan Manajemen Pemberian Pakan Pada
Ikan Tuna, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tuna adalah kelompok ikan laut dari keluarga Scombridae, terutama dari genus Thunnus. Tuna adalah perenang cepat, dengan kecepatan 70 km / jam (43 mph), ditemukan di belahan bumi selatan
perairan dari semua lautan di dunia terutama antara 30 ° LS dan 50 °
dan, hampir 60 ° S. Sampai dengan 2,5 m (8,2 kaki) dan beratnya mencapai
400 kg (882 lbs ).
2. Teknik
budidaya pada ikan tuna dimulai dari tahap, Persyaratan pemilihan
lokasi, pengelolaan calon induk berupa transporatsi calon induk,
pengobatan, aklimasi, pengelolaan air pemeliharaan, dan pemeliharaan
calon induk, dilanjutkan ke tahap pemijahan, kondisi penetasan telur,
pemeliharaan larva, dan penggemukan anak tuna.
3. Pakan
yang diberikan pada pemeliharaan calon induk adalah ikan segar, ikan
teri, mackerel dan cumi-cumi. Tingkat pemberian pakan sebesar 2 – 5% berat tubuh pada 1-2 kali sehari.
4. Pada pemliharaan larva pakan yang diberikan berupa rotifer, artemia, larva ikan, dan Nannochloropsis sp, dengan kepadatan 0.5 x 106 sel/ml dengan system pergantian air secara terus-menerus.
5. Pada
tahap pemeliharaan (penggemukan) anak tuna setelah melewati fase larva,
pakan yang diberikan berupa ikan sardine atau mackerel sebanyak 2x
sehari.
B. Saran
Masih
kurangnya informasi baik dalam bentuk artikel maupun jurnal mengenai
teknik budidaya dan manajemen dalam pemberian pakan pada budidaya ikan
tuna terutama di Indonesia, sehingga perlu dilakukan lebih banyak lagi pengkajian dan penelitian tentang budidaya ikan tuna tersebut.
No comments:
Post a Comment