Tuesday, February 27, 2018

Makanan ikan tuna

 PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Tuna adalah jenis ikan yang senang melanglang buana. Secara bergerombol, ribuan ikan tuna sirip biru selatan (southern blue fin tuna), misalnya, bisa berpindah dari Samudera Hindia ke sebelah barat Benua Australia hingga Samudera Selatan dekat Kutub. Jarak ribuan kilometer itu ditempuh dengan kecepatan tinggi sehingga jenis ikan pelagis ini tergolong sulit ditangkap.
Untuk menaklukkannya, mereka mengembangkan berbagai jenis alat tangkap dari yang sederhana hingga modern dengan daya tangkap yang intensif. Tak heran dalam beberapa tahun terakhir dilaporkan telah terjadi penurunan jumlah tangkapan ikan penjelajah itu. menurunnya hasil tangkapan ikan tuna di dunia telah terlihat sejak tiga tahun terakhir, yaitu dari produksi 3,9 juta ton pada tahun 1999 menjadi 3,6 juta ton tahun 2002.
Selain jumlah, terjadi kecenderungan penurunan berat per ekor dalam seperempat abad terakhir ini, yaitu dari 37 kilogram (kg) rata-rata per ekor pada tahun 1973 menjadi 26 kg pada tahun 1999. Hal tersebut menunjukkan menurunnya populasi tuna karena penangkapan berlebih dan berkurangnya ketersediaan serta kualitas sumber pakannya. Populasi tuna di alam yang terus menurun itu belum juga mendorong upaya pengurangan kegiatan penangkapannya. Akibatnya, ikan tuna kini terancam populasinya di muka Bumi. Dalam pertemuan Convention on International Trade in Endangered Species on Wild Fauna And Flora (CITES) pada tahun 1992, telah dinyatakan bahwa ikan tuna sirip biru yang banyak ditangkap di Samudera Pasifik merupakan spesies yang nyaris punah.
Beberapa spesies ditangkap secara besar-besaran, sementara perhatian untuk melestarikan mereka sangat kecil. Ini karena nilai komersialnya dari hasil tangkapan terbilang tinggi.  Selain itu, ada juga kesulitan dalam mengatur perikanan multinasional yang mengeksploitasi persediaan teknologi pembenihan yang belum berkembang.
            Melihat kecenderungan penurunan populasi akibat penangkapan, pemerintah Jepang berpendapat bahwa Indonesia bertanggung jawab atas kelangsungan perikanan tuna dunia karena Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor ikan tuna terbesar dunia. Untuk itu perlu dilakukan studi tentang budidaya pembenihan  ikan tuna serta teknologi manajemen pemberian pakan pada pemeliharaan ikan tuna di wilayah perairan tropis.
B.     Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui teknologi manajemen pemberian pakan pada pemeliharaan ikan tuna.
Kegunaannya adalah sebagai bahan pembelajaran dan informasi dalam usaha budidaya perikanan ikan tuna.

TINJAUAN PUSTAKA
A.       Klasifikasi
Tuna adalah kelompok ikan laut dari keluarga Scombridae, terutama dari genus Thunnus. Tuna adalah perenang cepat, dengan kecepatan 70 km / jam (43 mph). Ikan tuna dari keluarga Scombridae ditemukan di belahan bumi selatan perairan dari semua lautan di dunia terutama antara 30 ° LS dan 50 ° dan, hampir 60 ° S. Sampai dengan 2,5 m (8,2 kaki) dan beratnya mencapai 400 kg (882 lbs ). Warna tubuh  biru-hitam di bagian belakang dan perak-putih di sisi-sisi dan perut, dengan kuning terang dalam spesimen dewasa.. Warna sirip punggung pertama adalah abu-abu dengan semburat kuning, punggung kedua berwarna merah-coklat, dan finlets berwarna kuning dengan pinggiran lebih gelap. Tuna sirip biru selatan, seperti spesies tuna lainnya adalah bagian dari kelompok ikan bertulang yang dapat mempertahankan suhu tubuh inti mereka hingga 10 derajat di atas suhu lingkungan. (http://wikipedia.html.com)
 Kingdom             :           Animalia
 Filum                  :           Chordata
Superclass            :           Gnathostoma
Class                    :           Osteichthyes
Order                   :           Perciformes
Suborder              :           Scombroidea              
Subfamily             :           Scombridae
       Genus                   :           Thunnus                                     Gambar 1. Ikan Tuna     
       Species                 :           T. Obesus (Tana Mata Besar)
Berikut ini 8 spesies dalam genus Thunnus adalah :
Nama Umum
Nama Ilmiah
Max
Panjang
Panjang
Umum
Max
Berat
Max
Usia
Status
IUCN
Alabcore Tuna
Atlantic Bluefin Tuna
Bigeye Tuna
Blackfin Tuna
Longtail Tuna
Southern Bluefin Tuna
Pasifik Tuna Sirip Biru
Yellowfin Tuna
Thunnus alalunga (Bonnaterre,1788)
Thunnus Thynnus (Linneus, 1758)
Thunnus obesus (lowe, 1839)
Thunnus atlanticus (pelajaran, 1831)
Thunnus tonngol (Bleeker,1851)
Thunnus maccoyii (Castelnau, 1872)
Thunnus orientalis (Temmick & Schlegel 1844)
Thunnus albacores (Bonnaterre 1788)
140 cm
458 cm
250 cm
108 cm
145 cm
245 cm
300 cm
239 cm
100,0 cm
200 cm
180 cm
72,0 cm
70,0 cm
160 cm
200 cm
150 cm
60,3 kg
684,0 kg
210,0 kg
20,6 kg
35,9 kg
260,0 kg
450,0 kg
200,0 kg
9 thn
15 thn
11 thn
20 thn
15 thn
9 thn
Dekat
Terancam
Langka
Rentan
Sdikit Perhatian
Data kurang
Kritis T.punah
Sdikit Perhatian
D.Trancam
Sumber : Wikipedia, 2010
B.        Morfologi
Ikan tuna mata besar mempunyai sirip dada yang cukup panjang pada individu yang besar dan menjadi sangat panjang pada individu yang sangat kecil, warna bagian bawah dan perut putih, garis sisi pada ikan yang hidup seperti sabuk berwarna biru membujur sepanjang badan, sirip punggung pertama berwarna kuning terang, sirip punggung kedua dan sirip dubur berwarna kuning muda, jari-jari sirip tambahan (finlet) berwarna kuning terang, dan hitam pada ujungnya, panjang total maksimum (total length/TL) 250 cm dengan panjang cagak (Fork length/FL) rata-rata perindividunya lebih dari 180 cm, ukuran panjang cagak normal yang tertangkap antara 40 cm dan 170 cm (Fonteneau dan Marcille Eds.1991).
Menurut (Fukofuta dan Itano (2006), ikan tuna mata besar mempunyai cirri-ciri luar sebagai berikut :
·      Sirip ekor mempunyai lekukan yang dangkal pada pusat celah sirip ekor
·      Pada ikan dewasa relative dibandingkan tuna-tuna yanglain
·      Profil badan seluruh bagian dorsal dan ventral melengkung secara merata
·      Sirip dada pada ikan dewasa ¼ - 1/3 kali panjang cagak
·      Sirip dada pada ikan tuna (Yuwana) lebih panjang dan selalu melewati belakang sebuah garis yang digambar di antara tepi-tepi anterior sirip punggung kedua dan sirip anal
·      Ikan –ikan tuna mata besar dengan ukuran <75 cm (10 kg) mempunyai sirip dada yang lebih panjang daripada ikan tuna sirip kuning dari ukuran-ukuran yang sebanding
C.       Distribusi Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus)
Ikan Tuna mata besar hidup diperairan tropis sampai sub tropsi. Ikan ini adalah ikan perenang cepat dan hidup bergerombol (schooling) sewaktu mencari makan. Kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 km/jam. Kemampuan renang ini merupakan salah satu factor yang menyebabkan penyebarannya dapat meliputi skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas, termasuk diantaranya beberapa spesies yang menyebar dan bermigrasi lintas samudera (gighly migratory). (Supadiningsih dan Rosana, 2004)
Distribusi ikan tuna di laut sangat ditentukan oleh berbagai factor, baik factor internal dari ikan itu sendiri maupun factor eksternal dari lingkungan. Factor internal meliputi jenis (genetis), umur, dan ukuran, serta tingkah laku (behaviour). Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan dalam struktur morfologis, respon fisiologis dan daya adaptasi terhadap lingkungan, factor eksternal merupakan factor lingkungan diantaranya parameter oseanografi, mesopelagik, berada pada permukaan sampai kedalaman 250 m. Suhu dan kedalaman termoklin menjadi factor utama distribusi verikal dan horizontal dari ikan tuna tersebut.(Maury, 2005).
Kedalaman renang tuna bervariasi tergantung jenisnya, ummnya tuna dapat tertangkap di kedalaman 0-400 m. Salinitas perairan yang disukai berkisar 32-35 ppt, atau perairan oseanik, habitat ikan tuna mata besar di daerah perairan dengan suhu dari 130 - 290C, namun batas suhu optimunnya antara 170 C dan 220, variasi suhu yang terjadi berhubungan erat dengan musim dan perubahan iklim dari suhu permukaan dan termoklin. Ikan tuna mata besar kecil dan juvenile bergerombol di permukaan perairan dengan sesame spesiesnya sedangkan ikan dewasa tinggal di perairan yang lebih dalam.
Ikan tuna mata besar mempunyai pola tingkah laku yang khas berdasarkan kedalaman, yaitu pada malam hari ikan tuna ini berada di lapisan permukaan pada kedalaman kira-kira 50 m (Dagorn et al. 2005, Gunn dan Block, 2001). Pada siang hari dapat menyelam hingga kedalaman 50 m. Laju tangkap pada ikan tuna ini di samudra hindia sangat rendah dari 200 m. Ikan betina dewasa lebih banyak ditemukan di perairan tropis, juga ditemukan setiap tahun didaerah sekitar barat dan tengah samudra hindia meskipun relative jarang ditemukan juga di daerah samudra hindia bagian timur pada bulan april hingga September.
Penyebaran ikan tuna mata besar di dunia yaitu di perairan sub tropis, samudra pasifik, samudra hindia, dan samudera atlantik, tetapi tidak terdapat dilaut mediterania. Di Indonesia daerah penyebaran tuna, termasuk tuna mata besar secara horizontal meliputi perairan barat dan selatan sumatera, selatan jawa, bali dan nusa tenggara, laut banda dan sekitarnya, laut Sulawesi dan perairan papua. Semua jenis tuna terdapat di Indonesia kecuali tuna sirip biru utara dan tuna sirip biru hitam, karena tuna sirip biru utara menghuni samudra pasifik dan talantik, sedangkan tuna sirip hitam hanya terdapat di samudra atlantik.
D.       Makan dan Kebiasaan Makan
Ikan Tuna merupakan ikan karnivora dan menempati tempat teratas dalam rantai makanan di laut. Ikan tuna memakan kelompok ikan kecil lain, cumi, krustacea dan planktonik. Ikan tuna menggunakan gerakan yang hebat dalam kolom air untuk menangkap makanannya. Pergerakan ikan tuna nik dan turun dikolom air juga sesuai dengan ketersediaan makanan. Sepanjang hari ikan tuna cenderung  menyelam ke bawah dan malam hari naik kepermukaan untuk makan dan ketengah untuk menghindari kompetisi makanan. Menurut Calkins (1980), pada ikan tuna mata besar kebiasaan makannya dalah oportunistik dalam semua tahap hidupnya selama siang dan malam dengan dengan mangsanya krustacea, cephalopod dan ikan.
E.        Aspek Reproduksi
Tuna seperti semua scombrid lainnya adalah heteroseksual yaitu jenis kelaminnya terpisah (jantan dan betina), dan tidak ada cirri morfologis eksternal untuk melihat perbedaan kelamin. Ikan jantan di identifikasi oleh keberadaan testes dan ikan betina oleh keberadaan ovary dalam gonad. Fertilisasi telur eksternal dan mengambil tempat di air setelah dilepaskan oleh ikan betina.
Masa hidup ikan tuna mata besar 12 tahun, perlahan mencapai laju pertumbuhan moderate dan matang pada umur 3-4 tahun (FL : 110 cm dan W : 30 kg). Ikan tuna mata besar dapat mencapai berat hingga 180 kg pada usia 8 tahun, atau lebih tua. Ikan tuna merupakan multiple atau batch spawner, benih gametnya langsung masuk ke laut untuk fertilisasi. Ikan tuna merupakan pemijah berlimpah dan memijah tergantung spesiesnya yang mungkin memijah sepanjang musim pemijahan.
Ikan tuna betina diklasifikasikan matang atau aktif secara seksual ketika isi ovarinya penuh dengan kuning telur. Ikan tuna jantan diklasifikasikan matang seksual jika terdapat sperma pada kantung sperma.
Ø  Perkembangan Testis
Testis adalah organ tempat terjadinya proses produksi spermatozoa. Pada ikan golongan teleost terdiri dari sepasang organ yang terletak pada bagian bawah dari gelembung renang di bagian atas dan usus, dan ada di di belakang ginjal. Pada induk jantan yang matang anterior testisnya ¾ volume dari sperma. (Nagahama, 1983).
Ø  Perkembangan Ovarium
Pada ikan tuna dewasa, ovarium secara umum berjumlah sepasang yang menempel pada rongga tubuh (body cavity). Oosit yang berkembang terletak di tengah dalam lapisan folikel yang dilindungi oleh suatu lapisan sel yang memproduksi steroid. (Arukwe et al, 2003).
F.        Musim Pemijahan
Musim pemjahan ikan tuna di wilayah pasifik terjadi sepanjang tahun di perairan tropis dan musiman pada lintang tinggi di perairan dengan suhu diatas 260C, (kume 1967 :     Miyabe 1994), kemudian Hisada (1979) menambahkan, bahwa ikan tuna mata besar memerlukan kedalaman dilapisan tercampur sedikitnya 50 m dengan suhu permukaan laut kurang dari 240C. Terdapat hubungan antara kematangan ikan tuna mata besar pada suhu permukaan laut di bawah 230C hingga 240C yang mewakili batas terendah.
Pada umumnya ikan tuna memijah sepanjang tahun di daerah tropis (100N - 150S) dan selama musim panas di lintang tinggi (Collete dan Nauen, 1983). Di samudra pasifik ukuran minimum pertama kali seksual untuk ikan tuna mata besar 100 cm, di pasifik bagian barat ikan betina 50% bereproduksi dengan ukuran pertama matang seksual adalah 135 cm, aktivitas pemijahan ikan tuna mata besar di samudra hindia yaitu dari December hingga bualn januari dan juni, ukuran yang matang 50%  untuk betina dan jantan diperkirakan pada panjang 88,08 dan 86,85 cm, rasio kelamin bervariasi setiap buan dengan selang kelas ikan tuna ukuran keci (85-115 cm FL) lebih banyak ikan betina, sedangkan ikan tuna ukuran besar (125-115 cm FL) terdiri dari ikan janta.
G.       Waktu Pemijahan
Ikan tuna merupakan serial spawner, dapat mengulangi pemijahan secara harian atau mendekati interval harian selama periode  pemijahan yang panjang (Nikaido et al 1991). Pemijahan terjadi menjelang sore atau malam di dekat permukaan (Mc person 1991), diperkirakan dari pukul 18.00 hingga tengah malam, menyimpan telur harian (Matsumoto dan miyabe, 2002). Puncak pemijahan pada malam hari sekitar pukul 19.00 hingga pukul 24.00 dengan batch fekunditas jutaan telur setiap periode pemijahan
H.       Potensi Perikanan Ikan Tuna Di Samudera Hindia
Sumberdaya ikan tuna merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia di bidang perikanan laut.
Ekspor produk ikan tuna dari propinsi bali pada bulan Januari – Oktober tahun 2008 meliputi tuna segar, tuna loin segar, tuna beku, tuna steak beku, tuna loin beku, tuna meat beku, dan tuna filet beku. Dari tujuh jenis produk ini yang dominan adalah tuna segar dan tuna steak beku.
Data ekspor berbagai produk tuna dapat dilihat pada Gambar 2 dengan nilai ekspor terletak pada gambar 3. Volume ekspor tertinggi adalah tuna beku pada bulan januari 2008, nilai ekspor tertinggi diperoleh dari tuna segar pada bulan mei 2008 (PRPT, 2008).
 
Gambar 2. Data Volume Ekspor Produk Ikan Tuna Dari Propinsi Bali Januari - Oktober 2008
 
Gambar 3. Data Nilai Ekspor Rata-Rata Perbulan Produk Ikan Tuna Dari Propinsi Bali Tahun 2008
Data ekspor berbagai produk tuna dapat dilihat pada Gambar 2 dengan nilai ekspor terletak pada gambar 3. Volume ekspor tertinggi adalah tuna beku pada bulan januari 2008, nilai ekspor tertinggi diperoleh dari tuna segar pada bulan mei 2008 (PRPT, 2008).
TEKNIK BUDIDAYA DAN MANAJEMEN
 PEMBERIAN PAKAN
A.       Teknik Budidaya
a.      Persyaratan Lokasi
Kondisi perairan yang cocok untuk budidaya tuna diantaranya adalah suhu perairan berkisar 15 - 28oC, perairan budidaya tidak tercemari oleh buangan lumpur sungai, aliran arus laut yang cukup, tingkat penetrasi cahaya yang cukup besar dan tingkat oksigen terlarut yang tinggi. Bentuk jaring apung harus dirubah dari kubus dan segiempat ke bentuk lingkaran untuk menyesuaikan dengan tipe berenang tuna. Satu set jaring apung berukuran  panjang 120 m, lebar 50 meter dan kedalaman 30 m untuk jaring apung induk yang dipelihara di laut. (http://oyabunk99.wordpress.com/2012/01/26/budidaya-ikan-tuna-suatu- eniscayaan-2/)
Gambar 1. Jaring apung ( Pontoon) pemeliharaan tuna
Bentuk pontoon (karamba jaring apung tuna) sebaiknya adalah lingkaran berdiameter 30 - 40 meter terbuat dan dari plastik polietilene hitam. Ring-ringnya terapung dipermukaan air dan ditopang dengan tiang penyangga. Tiap 2 jaring dihubungkan dengan pelampung. Adapun jaring bagian dalam yang berisi tuna, mempunyai ukuran mata jaring  60 mm - 90 mm dan kedalaman jaring 12 - 20 meter. Dasar jaring diletakkan berada paling sedikit 5 meter dari permukaan dasar laut. Sementara jaring bagian luar dipakai untuk mencegahnya dari pemangsaan ikan hiu atau untuk mencegah adanya tuna yang terlepas. Ukuran mata jaring luar ini sebesar 150 mm 200 mm. Namun studi terbaru menyimpulkan bahwa jaring luar tidak diperlukan untuk menghemat ongkos produksi. (http://oyabunk99.wordpress.com/2012/01/26/budidaya-ikan-tuna-suatu-keniscayaan -2)
Satu unit jaring apung standar mampu menampung 2000 ekor anak tuna dan itu tergantung berapa diameter jaring dan daya tampung maksimum yang diizinkan, idealnya 4 kg per meter kubik air. Jaring apung dengan diameter 40 m menyediakan volume sebesar 80% lebih besar dari jaring dengan diameter 30 m, dan seterusnya bila jaring apung tersebut berdiameter 50 m maka akan mempunyai 60% volume lebih besar lagi dalam jumlah ikan yang bisa dipelihara. (http://oyabunk99.wordpress.com/2012/01/26/budidaya-ikan-tuna-suatu-keniscayaan -2
b.      Pengelolaan Calon Induk
·         Transportasi calon induk
Transportasi ikan tuna yang tertangkap dilakukan dengan menggunakan bak fiberglas oval vol. 1 m3. Dengan menggunakan bak ini hanya 2-3 ekor ikan berukuran 2 kg atau satu ekor untuk ikan berukuran 3-5 kg yang dapat ditransportasikan dalam satu trip.
 
Gambar 2. Bak Fiberglass Untuk Induk
·         Pengobatan
Ikan-ikan yang berhasil ditansportasikan ditempatkan dalam bak pengobatan untuk dilakukan pengobatan dan observasi kondisi kesehatan ikan selama 24 jam. Pengobatan dilakukan dengan perendaman menggunakan Sodium Nifurstirenate (Na-NFS) yang lebih dikenal dengan nama dagang Erubazu sebesar 10 – 20 ppm selama 2 jam. Ikan-ikan yang sehat ditransfer ke bak aklimasi dengan menggunakan kantong plastik setelah terlebih dahulu dilakukan pengukuran panjang cagak, memasukkan tagging dan pemotongan finlet untuk keperluan analisa genetik. (http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/pembenihan-ikan-tuna-/
·            Aklimasi
Calon induk yang masih berukuran antara 2-3 kg tersebut dipelihara dalam bak beton bervolume 150 m3 ( ø 8m kedalaman 3m) dalam beberapa bulan untuk observasi pertumbuhan dan kesehatan ikan sehingga ikan yang dipindah ke dalam bak induk sudah benar-benar sehat dan teraklimasi. Selama dalam bak aklimasi, ikan diberi pakan satu kali sehari dari Senin-Sabtu dan pada hari Minggu tidak diberi pakan. Pakan yang diberikan berupa ikan layang dan cumi-cumi sebesar 10-20 % biomas. Untuk menjaga kesehatan ikan, diberikan tambahan vitamin kompleks sebesar 15 g/kg pakan atau 0.4 g/kg bobot ikan dalam bentuk kapsul. Pertumbuhan harian rata-rata ikan yang dipelihara dalam bak aklimasi adalah 50 g/hari. Hal ini masih bisa ditingkatkan jika tujuannya untuk budidaya. (http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/pembenihan-ikan-tuna-/)
·               Pengelolaan air pemeliharaan
Dalam pemeliharaan ikan tuna dalam bak terkontrol, kualitas air memegang peranan yang sangat penting baik tingkat kandungan oksigen, pH air, dan kandungan kimia lainnya serta tingkat kecerahan air.
Untuk menjaga kondisi air tetap bagus, diperlukan satu paket suplai air yaitu pompa air laut, saringan pasir, tandon penampungan air, pipa saluran air ke setiap bak, biofilter. Dengan menggunakan sistem ini, pengelolaan air menjadi sistem semi tertutup (50 % resirkulasi) dan fluktuasi parameter air tidak terlalu besar. Pengukuran parameter kualitas air terutama Oksigen, pH dan salinitas dilakukan setiap hari sehingga jika terjadi perubahan yang drastis dapat dilakukan tindakan awal. Untuk menambah suplai oksigen kedalam air digunakan ring blower 2.2 KW untuk bak aklimasi dan 3.7 KW untuk bak induk. Pembersihan dinding dan dasar bak dilakukan setiap dua bulan.
c.          Pemeliharaan calon induk
            Calon induk dipelihara sejak masih benih  yang berasal dari hasil tangkapan trap net atau trolling net benih-benih ini dipelihara sampai matang gonad. Pemilihan calon induk yang berasal dri benih  dan bukan dari induk laut yang disebabkan induk-induk yang berasal dari hasil tangkapan yang umumnya mati dalam perjalanan atau minimal terluka saat ditangkap.
            Calon – calon induk ini diberi pakan ikan segar dan ikan es seperti teri, mackerel, horse mackerel, dan cumi-cumi tergantung pertumbuhanya.
d.            Pemijahan
Adalah  hal yang sulit untuk memelihara induk tuna dalam kolam beton sebagaimana induk-induk ikan lainnya karena ukuran tubuhnya yang besar. Oleh karena itu tidak mudah pula untuk dilakukan pemijahan buatan menggunakan manipulasi lingkungan atau pemberian hormon.  Pemijahan yang dilakukan sekarang sebatas mengikuti kondisi pemijahannya di alam.
Ikan yang memijah berumur 5 tahun yang dipelihara pada jaring apung berdiameter 30 m dan kedalam 7 meter pada suhu 21.8 - 25.6oC.  Jumlah telur yang dipijahkan sebanyak 160 x 104 butir dan larva yang hidup  hanya bertahan selama 47 hari dari waktu menetas.  Pemijahan mulai terjadi pada jam 5 sore dan mulai mengeluarkan telurnya pada jam 7 malam hingga jam 9 malam.
Sebelum memijah, terlihat 1-2 ekor induk jantan merubah warnanya menjadi hitam saat seekor induk betina menunjukkan rangsangan untuk memijah di Amami. Perubahan warna induk jantan dari biru ke hitam erat kaitannya dengan rangsangan hormonal induk betina sesaat sebelum melepaskan telurnya.
Induk tuna tidak selamanya memijah tiap tahun. Misalnya induk yang memijah ditahun 1987 kemudian memijah kembali 7 tahun kemudian (1994) dan 2 tahun berikutnya berturut-turut (1995 dan 1996).  Oleh karena itu diperlukan teknologi yang memungkinkan ikan tuna dapat memijah setiap tahunnya. (http://oyabunk99.wordpress.com/2012/01/26/budidaya-ikan-tuna-suatu-keniscayaan -2)
e.     Penetasan Telur
Telur ikan tuna menetas setelah 32 jam pada suhu 24oC selama setengah jam.  Larva yang hidup hanya bertahan selama 47 jam setelah menetas (Kumai 1995). Tingkat penetasan telur pada  induk tuna berumur 9-10 tahun adalah 83% sedangkan tingkat penetasan telur pada induk yang berumur 7 tahun adalah 88.3%. (http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/pembenihan-ikan-tuna-/)
f.          Pemeliharaan Larva
Di pusat Penelitian Tuna Amami, Larva dipelihara pada suhu 24.6-27.8oC dan diberi pakan rotifera, artemia dan larva ikan hidup. Pada tahap ini tingkat kelangsungan hidup larva sangat rendah dimana 5 hari pertama larva yang hidup tinggal 20% dan kemudian pada hari ke-10 tingkat kelangsungan hidupnya tinggal 10%.  Pada hari ke-20 setelah menetas, terjadi kematian yang tinggi akibat kanibalisme. Selanjutnya akibat lain dari tingginya tingkat kematian adalah saat pemindahan larva ke jarring apung. (http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/pembenihan-ikan-tuna-/)
g.         Penggemukan Anak Tuna
Larva yang sudah berumur 5 hari kemudian di pindahkan ke jarring apung yang sudah disiapkan, larva yang kemudian tumbuh menjadi anak tuna  dibesarkan (digemukkan) sampai mencapai ukuran komsumsi.
Gambar 3.  Suasana dalam jaring apung ikan tuna.
 Gambar 4.  Jenis ikan sarden dan Mackerel menjadi santapan Tuna
h.         PAKAN
Calon-calon induk ini diberi pakan ikan segar dan ikan es seperti teri, mackerel, horse mackerel dan cumi-cumi tergantung pertumbuhannya. Mackerel umumnya digunakan karena ukurannya yang cocok untuk mulut tuna. Berbagai vitamin dan enzim ditambahkan ke pakan tersebut untuk mendukung pertumbuhannya. Tingkat pemberian pakan sebesar 2-5% berat tubuh pada 1-2 kali perhari, tergantung suhu perairan dan ukuran tubuh. Pakan buatan sementara ini belum digunakan. Studi-studi tentang nutrisi pakan yang cocok buat tuna belum memadai. Melalui pengembangan pakan buatan diharapkan akan memudahkan untuk memasukkan bahan-bahan hormon yang kelak dapat mempercepatpemijahannya.(http://oyabunk99.wordpress.com/2012/01/26/budidaya-ikan-tuna-suatu-  keniscayaan-2/)
Calon induk ikan tuna diberi pakan satu kali sehari dari Senin-Sabtu dan pada hari Minggu tidak diberi pakan. Pakan yang diberikan berupa ikan layang dan cumi-cumi sebesar 5-10 % biomas. Untuk menjaga kesehatan ikan, mempercepat pematangan gonad, diberikan tambahan vitamin kompleks sebesar 0.06, Vitamin C 3.75 dan vitamin E 0.03g/kg bobot induk. Vitamin kompleks dan Vitamin C diberikan setiap hari sementara vitamin E setiap dua hari.
i.        Panen
5. Proses pemanenan Ikan Tuna
j.        Pemasaran Ikan Tuna
Ikan tuna hasil budidaya di ekspor keluar negeri hal ini disebabkan karena permintaan ikan tuna dari luar negeri cenderung meningkat.
Sebelum adanya kegiatan budidaya tuna di tahun 1996, nilai ekspor tuna di Negara Australia yang merupakan salah satu negara yang melakukan kegiatan budidaya selain jepang dan Indonesia, nilai ekspor hanya sebesar 6 juta US $, 8 namun semenjak digalakkannya usaha budidaya, Australia berhasil mendongkrak nilai ekspor tunanya sebesar 202 juta US $ di tahun 1999/2000 dan meningkat lagi di tahun 2002/2003 menjadi 320 juta US $. (http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/pembenihan-ikan-tuna-/).
Negara tujuan ekspor ikan tuna adalah Jepang, Singapura, Eropa, USA, Thailand dan Korsel. Salah satu produk ikan tuna adalah ikan tuna beku (tuna loin) yang sangat menguntungkan karena harga jual loin 58% lebih tinggi dibandingkan bentuk utuh. Jenis-jenis ikan tuna yang dibuat loin adalah dari jenis Albacore (Thunnus a/alunga), Yellowfin Tuna (Thunnus albacores) dan Big Eye Tuna (Thunnus obesus). http://oyabunk99.wordpress.com/2012/01/26/budidaya-ikan-tuna-suatu-keniscayaan-2/
KESIMPULAN DAN SARAN
A.       Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai Teknologi dan Manajemen Pemberian Pakan Pada Ikan Tuna, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Tuna adalah kelompok ikan laut dari keluarga Scombridae, terutama dari genus Thunnus. Tuna adalah perenang cepat, dengan kecepatan 70 km / jam (43 mph), ditemukan di belahan bumi selatan perairan dari semua lautan di dunia terutama antara 30 ° LS dan 50 ° dan, hampir 60 ° S. Sampai dengan 2,5 m (8,2 kaki) dan beratnya mencapai 400 kg (882 lbs ).
2.      Teknik budidaya pada ikan tuna dimulai dari tahap, Persyaratan pemilihan lokasi, pengelolaan calon induk berupa transporatsi calon induk, pengobatan, aklimasi, pengelolaan air pemeliharaan, dan pemeliharaan calon induk, dilanjutkan ke tahap pemijahan, kondisi penetasan telur, pemeliharaan larva, dan penggemukan anak tuna.
3.      Pakan yang diberikan pada pemeliharaan calon induk adalah ikan segar, ikan teri, mackerel dan cumi-cumi. Tingkat pemberian pakan sebesar 2 – 5%  berat tubuh pada 1-2 kali sehari.
4.      Pada pemliharaan larva pakan yang diberikan berupa rotifer, artemia, larva ikan, dan Nannochloropsis sp, dengan kepadatan 0.5 x 106 sel/ml dengan system pergantian air secara terus-menerus.
5.      Pada tahap pemeliharaan (penggemukan) anak tuna setelah melewati fase larva, pakan yang diberikan berupa ikan sardine atau mackerel sebanyak 2x sehari.
B.        Saran
Masih kurangnya informasi baik dalam bentuk artikel maupun jurnal mengenai teknik budidaya dan manajemen dalam pemberian pakan pada budidaya ikan tuna terutama di Indonesia, sehingga perlu dilakukan lebih banyak  lagi pengkajian dan penelitian tentang budidaya ikan tuna tersebut.

No comments:

Post a Comment