Keputusan pria bernama Nurhadi untuk berwirausaha dan membuka
lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar rupanya berbuah manis.
Terbukti, dia kini sukses memiliki industri pengolahan hasil perikanan
yang mampu memasok produknya ke luar negeri.
Nurhadi bercerita,
awalnya dia merupakan karyawan biasa. Namun karena jeli melihat peluang
produk olahan dari bahan baku ikan, dirinya memutuskan untuk berhenti
bekerja dan membangun perusahaan sendiri.
Perusahaan bernama PT
Parlevliet Paraba Seafood yang berlokasi di Kabupaten Maros, Sulawesi
Selatan ini awalnya hanya mengolah ikan tuna.
Namun berkat kejelian Nurhadi terhadap produk perikanan, kini
perusahaan miliknya tersebut telah mampu memproduksi Tuna Lion segardan
beku, tuna steak, tuna saku, kakap merah fillet, gold banded fillet dan mahi-mahi fillet.
"Saya dulunya karyawan, saat melihat ada peluang pada 1999 saya
memundurkan diri. Dulu saya coba kecil-kecilan suplai ke pabrik-pabik,
juga pengiriman antar pulau. Pada 2000 lalu, saya awalnya hanya tuna,
sekarang macam-macam, mulai dari tuna, ikan pelagis, kakap merah, hingga
kerapu," ujarnya di Jakarta, Minggu (13/12/2015).
Nurhadi mengaku saat memutuskan untuk berhenti dari perusahaan
tempatnya bekerja, hanya mengantongi uang Rp 4 juta. Uang tersebut yang
kemudian dipakai sebagai modal usaha yang baru dirintisnya kala itu.
Di
tahap awal, Nurhadi kesulitan mendapatkan bantuan permodalan dari
perbankan. Hal ini salah satunya karena tidak adanya jaminan untuk
mengajukan kredit usaha ke bank.
"Keluar dari perusahaan hanya
punya uang Rp 4 juta. Jadi usaha itu dari modal sendiri. Baru pada 2012
kami dibantu bank swasta, karena kami sudah miliki tempat, juga
investasi untuk jaminan," kata dia.
Nurhadi mengaku, selama ini
tidak pernah mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku ikan
segar. Hal ini karena Indonesia punya laut yang luas sehingga banyak
sumber daya perikanan yang seharusnya bisa dimanfaatkan secara maksimal.
"Pembelian bahan baku dari Gorontalo, Palu, Ternate sampai Irian,"
lanjutnya.
Kini hasil jeri payah Nurhadi yang merintis usaha
dari bawah telah membuahkan hasil. Jika di awal omset usahanya hanya
hitungan juta, kini meningkat hingga menembus Rp 40 miliar per tahun.
"Omset perkembangan bagus, awalnya karena masih untuk pasar lokal
penghasilan waktu itu Rp 5 juta-10 juta, sekarang satu tahun bisa dapat
Rp 40 miliar," urai dia.
Omset yang terbilang fantastis tersebut
lantaran produk-produk tidak lagi ditujukan untuk pasar lokal tetapi
dirinya telah menyasar ke negara-negara maju seperti di kawasan Eropa,
Amerika Serikat, Australia hingga Jepang.
"100 persen kami
ekspor. Ada yang ke Eropa, Amerika Serikat, juga pasar Asia. Padahal
dulu saya melayani pembelian antar pulau," jelasnya.
Selain soal materi, usaha yang digeluti ikut berdampak besar bagi
lingkungan, lantaran mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat
sekitar. "Karyawan sekarang mencapai 60 orang, ada yang tetap dan ada
juga yang harian," tandasnya.
Berkat kegigihannya, Nurhadi pun
berhasil mendapatkan penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai juara I untuk kategori UKM
Pengolahan Hasil Perikanan Terbaik Skala Menengah.(Dny/Nrm)
No comments:
Post a Comment